Sylvia Anindita Ellenisa nama lengkapnya. Orang-orang biasa memanggilnya Sylvia atau Ellen, tetapi aku lebih suka memanggilnya Anin. Aku adalah kakak dari Anin. Nama lengkapku Fathiyannisa Elleza Maureen. Kamu panggil aku Thiya aja, ya!
Aku senang mempunyai seorang adik yang lucu seperti Anin. Rambutnya ikal pendek dan berwarna hitam, matanya elok, pipinya chubby, cerewet, dan... ah, pokoknya dia adikku yang sangaaat lucu! Anin berusia 3 tahun, sedangkan aku 11 tahun. Jika kamu baru pertama kali melihatnya, kamu pasti akan menjerit kesenangan, dan akan sangat menyukainya. Trust me! ;) Anin sering sekali disebut "boneka barbie". Hahaha...
[][][]
Minggu pagi yang cerah ini, rencananya aku, Keyllie, dan Cacha akan jalan-jalan ke taman yang ada di perumahan kami. Keyllie dan Cacha adalah sahabatku. Oh iya, tidak lupa, kami juga akan mengajak adik-adik kami. Aku mengajak Anin, Keyllie mengajak Raysha, dan Cacha mengajak Aqeelah.
Kami janjian bertemu didepan rumahku. "Thiya, kamu lama banget, sih!" gerutu Keyllie, yang orangnya memang tidak sabaran. "Hehehe, maaf, yaa. Tadi aku lupa sarapan," jawabku dengan merasa tidak enak hati. "Ah, sudahlah. Ayo kita jalan sama-sama ke taman!" ajak Cacha sambil tersenyum manis. Kami langsung jalan kaki menuju taman sambil mengobrol riang. Adik-adik kami juga saling bercanda.
Sesampainya di taman... "Aih! Kamu lucu sekali, Nak...," seru seorang ibu berjilbab kuning sambil mencubit pipi Anin pelan saking gemasnya. Anin hanya tersenyum kecil, begitupula aku. Kami berjalan 3 langkah lagi, dan... "Aduh, nama kamu siapa, Sayang? Sini, kakak cubit pipinya sebentar," kata seorang wanita yang usianya lebih tua dari aku sambil mencubit pipi Anin. Lagi-lagi aku dan adikku hanya tersenyum manis.
Saat kami berjalan beberapa langkah kemudian... "Halo! Kamu menggemaskan," ucap seorang bapak-bapak sambil lagi dan lagi mencubit pipi Anin. Lama-lama, perhatian semua orang di taman tersebut beralih ke Anin. Berebutan semua orang ingin mencubit pipi Anin. "Dik, kamu lucu banget sih. Kayak boneka. Mau jadi adik kakak, enggak? Hahaha...," ujar seorang wanita yang kelihatannya sudah SMA, bersama teman-temannya dia mengerumuni Anin. Aku lihat, raut wajah Anin mulai bete.
Tiba-tiba saja, Anin menangis kencang. Aku tentunya sangat terkejut. Cepat-cepat aku menghampiri Anin. "Kamu kenapa, Dek?" tanyaku khawatir. Anin terdiam, dan tak lama menangis lagi. Aku takutnya kakak-kakak tadi yang membuat Anin menangis begini. Eh, tapi aku enggak boleh suudzon dulu, dong!
Akhirnya, 2 menit kemudian, Anin berhenti menangis. Dia menenangkan diri sejenak, lalu langsung mengadu kepadaku, "Kakak... kakak... emangnya aku boneka, dicubit-cubitin terus!" adu Anin sambil cemberut polos. Jelas saja, aku tertawa. Aduh... Anin, Anin...
"Ya enggak apa-apa, Nin. Tandanya kamu terlalu lucu dan terlalu cantik, jadi banyak yang gemes sama Anin... terus pipi Anin dicubit-cubitin, deh! Kan, Anin emang kayak boneka. Boneka kesayangannya Kak Thiya...," aku menjelaskan sambil tersenyum geli.
Anin mengangguk-angguk polos tanda mengerti. "Emang Anin kayak boneka, ya, kak? Boneka apa? Boneka barbie? Boneka keroppi? Boneka hello kitty? Boneka minion? Boneka lotso? Boneka pooh? Boneka....?" Anin terus saja mengoceh, menyebutkan semua jenis boneka yang diketahuinya. Duh... Anin, kamu lupa, ya, aku kan enggak suka bonekaaa? ._.
Aku langsung menyahut, "Cuma Anin satu-satunya boneka kesukaan dan kesayangan Kak Thiya, enggak ada yang lain." Anin terlihat tersenyum lebar. Pipinya merah jambu karena malu. Ah... aku sayang banget sama kamu, Anin. Muaah!:*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar